Sumber: freepik
Internet saat ini tidak lagi terbatas pada wilayah-wilayah tertentu. Era konektivitas global yang lebih luas dari sebelumnya membentang di hadapan mata, dibawa oleh inovasi terkini, Starlink, layanan internet revolusioner yang diperkenalkan oleh Elon Musk selaku pendiri SpaceX dan Tesla.
Internet Starlink tidak hanya menghadirkan konsep baru tentang cara terhubung dengan dunia, tetapi juga merombak paradigma tradisional mengenai infrastruktur internet. Di tengah era konektivitas digital menjadi semakin penting, hadirnya Starlink menandai langkah besar dalam memperluas akses internet ke wilayah-wilayah yang sebelumnya sulit terjangkau.
Oleh karena itu, mari mengenal lebih jauh tentang layanan internet melalui satelit ini dan bagaimana hal tersebut dapat membentuk masa depan konektivitas global melalui penjelasan berikut ini.
Apa itu Starlink?
Perangkat internet Starlink sebuah inovasi dari SpaceX, merupakan penyedia layanan internet yang mengandalkan konstelasi satelit untuk menyediakan konektivitas global. Jaringan ini beroperasi di orbit rendah Bumi bernama Low Earth Orbit atau LEO dengan tujuan utama menyediakan akses internet di daerah-daerah terpencil maupun pedesaan yang tidak dilengkapi infrastruktur kabel seperti hutan atau padang pasir.
Pengembangan jaringan Starlink sendiri dimulai sejak tahun 2015, ketika dilakukan peluncuran satelit prototipe pertama ke orbit pada tahun 2018. Kini, dengan ribuan satelit telah diorbitkan oleh SpaceX, Starlink telah menjadi salah satu penyedia layanan internet berbasis satelit terkemuka, membawa akses internet yang cepat dan andal ke tempat-tempat di seluruh dunia yang sebelumnya sulit dijangkau.
Sumber: freepik
Manfaat dari Internet Satelit Starlink
Internet Starlink membawa manfaat yang signifikan, terutama bagi daerah-daerah yang sulit terjangkau oleh infrastruktur internet konvensional. Layanan ini memungkinkan akses internet cepat dan andal di daerah terpencil, seperti desa-desa terpencil, pegunungan, atau pulau-pulau terisolasi.
Selain itu, Starlink juga memberikan koneksi darurat yang penting dalam situasi bencana alam atau keadaan darurat lainnya, memfasilitasi koordinasi dan pertolongan yang lebih efektif. Dengan akses internet yang lebih luas, Starlink membuka peluang baru dalam dunia pendidikan, ekonomi, dan inovasi teknologi.
Siswa di daerah terpencil dapat mengakses sumber daya pendidikan online dan kursus daring dengan mudah, sementara warga dapat menjalankan bisnis online dan mengembangkan keterampilan digital yang diperlukan dalam ekonomi modern. Selain itu, Starlink juga memicu inovasi dalam teknologi internet satelit, meningkatkan kecepatan, keandalan, dan efisiensi koneksi satelit secara keseluruhan.
Dengan demikian, Internet Starlink bukan hanya memberikan layanan internet, tetapi juga sebuah alat untuk mengurangi kesenjangan digital, meningkatkan aksesibilitas, dan memajukan masyarakat global secara keseluruhan.
Baca juga: Implan Chip Otak Elon Musk Berhasil, Bisa Mengendalikan Kursor
Sempat Memicu Perdebatan
Selain Starlink, perusahaan saingan seperti OneWeb dan Viasat juga memasang ribuan satelit pada orbit rendah Bumi untuk menyediakan layanan internet satelit mereka sendiri. Namun, keberadaan banyak satelit ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan ruang angkasa, seperti yang disampaikan oleh Sa'id Mosteshar.
Menurut Mosteshar, penempatan satelit dalam jumlah besar meningkatkan risiko tabrakan di ruang angkasa. Tabrakan antara satelit-satelit dapat menghasilkan pecahan puing-puing yang bergerak dengan kecepatan tinggi, yang dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut jika bertabrakan dengan objek lain di orbit.
Beberapa peristiwa nyaris tabrakan atau near-miss baru-baru ini melibatkan satelit Starlink, bahkan dengan stasiun antariksa China. Dr. King dari Portsmouth University, menyatakan bahwa jika terlalu banyak pecahan puing terjadi, orbit rendah Bumi mungkin akan menjadi tidak aman untuk digunakan di masa depan.
Hal ini dapat menghambat kemampuan kita untuk meluncurkan satelit ke orbit yang lebih tinggi, seperti orbit navigasi dan telekomunikasi. Para ahli astronomi telah memunculkan berbagai kekhawatiran terhadap satelit LEO, termasuk Starlink, yang menghadapi tantangan besar terkait lalu lintas di ruang angkasa dan meningkatnya jumlah sampah antariksa.
Sumber: freepik
Salah satu masalah yang muncul adalah polusi cahaya yang disebabkan oleh satelit-satelit tersebut, yang mengganggu pengamatan langit malam. Ketika matahari terbit atau terbenam, satelit tersebut dapat terlihat dengan mata telanjang karena pantulan cahaya dari sayap mereka. Hal ini dapat mengganggu pengamatan astronomis dengan teleskop, mengaburkan pandangan bintang dan planet.
Pada tahun 2019, International Astronomical Union mengeluarkan peringatan tentang konsekuensi tak terduga dari keberadaan Starlink terhadap pengamatan bintang dan perlindungan hewan liar yang aktif pada malam hari. Sejak saat itu, Starlink telah melakukan uji coba dengan berbagai desain baru untuk mengurangi kecerahan dan visibilitas satelitnya.
Pada tahun berikutnya, perusahaan menguji DarkSat, yang menggunakan lapisan non-reflektif khusus untuk mengurangi kecerahan. Kemudian, pada bulan Juni 2020, Starlink meluncurkan VisorSat, yang dilengkapi dengan penghalang khusus. Pada bulan Agustus, perusahaan meluncurkan satelit dengan pelindung di semua satelitnya.
Presiden SpaceX, Gwynne Shotwell, menegaskan komitmennya untuk memastikan bahwa anak-anak kecil dapat terus menikmati pengalaman melihat bintang melalui teleskop mereka. SpaceX juga mengindikasikan kerjasama dengan para ahli astronomi terkemuka di seluruh dunia untuk memahami lebih lanjut kebutuhan pengamatan mereka dan mencari cara untuk mengurangi dampak kecerahan satelit.
Starlink Sudah Bisa Dinikmati Di Indonesia
Di Indonesia, permintaan izin usaha sebagai penyelenggara layanan Internet Service Provider (ISP) dan layanan Very Small Aperture Terminal (VSAT) telah diajukan oleh SpaceX, sesuai informasi yang tercantum di halaman resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
Setelah mendapatkan izin, ISP yang dipimpin oleh Elon Musk ini akan melakukan uji coba penggunaan internet satelit di Ibukota Negara baru seperti yang diungkapkan oleh Menteri Kominfo Budi Ari Setiadi. Direktur Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kemenkominfo, Wayan Toni Supriyanto menjelaskan bahwa Starlink telah membangun berbagai hub dan memenuhi standar perangkat yang ditetapkan Direktorat Jenderal Sumberdaya Perangkat Pos dan Informatika dalam proses perizinan operasional layanan.
Untuk biaya penggunaan layanan internet ini, pengguna akan dikenakan biaya sekitar 750 ribu rupiah setiap bulan. Namun, penting untuk dicatat bahwa harga tersebut tidak mencakup biaya perangkat yang diperlukan untuk menangkap sinyal, yang diperkirakan mencapai sekitar 7,8 juta rupiah.
Nah, itu dia penjelasan mengenai Starlink, layanan internet dari satelit milik Elon Musk yang menjadi penanda kemajuan teknologi yang tidak terbendung. Bagi kamu yang ingin mencoba internet ini, kamu memerlukan device yang mendukung internet terbaru. Jika kamu belum memiliki perangkat yang memadai, kamu bisa mendapatkannya di Eraspace.
Ada berbagai produk berkualitas dari brand-brand ternama yang pastinya 100% original. Kamu juga bisa mendapatkan berbagai promo menarik dan potongan harga dengan poin MyEraspace. Yuk, kunjungi website resminya sekarang atau download aplikasi Eraspace langsung di smartphone kamu dan jelajahi berbagai hal di dalamnya.
Baca juga: Elon Musk Perkenalkan Grok, ChatBot AI yang Hobi Bercanda