Sumber: Deloitte
Apakah kamu pernah mendengar istilah teknologi Web3 yang kini sedang viral dan banyak dibicarakan di media sosial? Web3 ini sebenarnya merupakan versi internet terbaru yang beroperasi secara terdesentralisasi sehingga pengguna bisa langsung mengontrol data, identitas, dan aset digital milikmu. Istilah Web3 mulai viral sejak meningkatnya popularitas trading kripto dan terus diperbincangk an sebagai salah satu versi internet yang paling aman.
Namun, masih sedikit pengguna internet yang mengetahui sebenarnya apa itu Web3 dan manfaatnya untuk menunjang aktivitas pekerjaan hariannya. Padahal, dibandingkan versi internet konvensional atau Web2, Web3 justru terbilang jauh lebih aman bagi penggunanya karena menggunakan teknologi blockchain yang akan membagi pencatatan data secara terdesentralisasi. Daripada penasaran, yuk simak apa itu Web3, contoh-contohnya, dan apa saja manfaatnya di bawah ini!
Apa itu Web3?
Meski sudah cukup populer di kalangan komunitas kripto, masih sedikit pengguna internet yang memahami apa itu Web3 dan kegunaannya. Web3 adalah generasi ketiga dari internet yang dikembangkan dengan menggunakan teknologi blockchain sehingga pengguna dapat memegang kendali langsung atas data, identitas, dan aset digital miliknya. Web3 memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi langsung dengan pengguna lain tanpa perantara pihak ketiga, seperti bank atau media sosial.
Hal itu tentunya berbeda dengan Web2 yang masih bergantung pada perusahaan raksasa teknologi untuk penyimpanan dan pengelolaan data tanpa dikontrol atau diawasi langsung oleh pengguna. Sementara itu, Web3 sendiri telah memanfaatkan teknologi blockchain yang mampu menyimpan data secara terdesentralisasi, transparan, dan lebih aman. Di dalam ekosistem Web3 ini, interaksi antara pengguna berlangsung langsung tanpa perantara.
Sumber: Department of Product
Sejarah Singkat Kemunculan Web3
Pada era awal kemunculannya pada tahun 1990-an, internet yang dikenal sebagai Web1 hanya punya kemampuan untuk menyajikan konten secara statis. Situs-situs yang berkembang saat itu seperti AOL, GeoCities, dan Yahoo! hanya berfungsi sebagai tempat membaca informasi saja. Sementara itu, pengguna sendiri tidak bisa berinteraksi, berbagi, atau memberikan komentar pada konten-konten yang disajikan.
Kemudian seiring perkembangan teknologi antara tahun 2005 dan 2020, internet modern mulai bertransformasi ke era Web2 yang ditandai dengan semakin meluas dan terjangkaunya penggunaan internet. Era Web2 juga ditandai dengan berkembangnya smartphone dan teknologi WiFi yang menyediakan jaringan internet super cepat. Berbagai platform online seperti blog, media sosial, hingga video kini juga memungkinkan siapa saja untuk berkreasi, berinteraksi, dan bahkan menghasilkan uang dari aktivitas online secara langsung.
Baca juga: Cara Melihat History Wifi di Router dan Smartphone Secara Mudah
Untuk menjawab berbagai kelemahan Web1 dan Web2, gagasan tentang Web3 mulai diperkenalkan pertama kali pada 2014 oleh Gavin Wood yang merupakan co-founder Ethereum. Gagasan itu diperkenalkan sebagai respons terhadap dominasi internet yang dikendalikan oleh perusahaan besar. Gavin Wood menggunakan istilah Web3 untuk menandai era baru internet yang lebih desentralisasi di mana pengguna bukan hanya berperan sebagai konsumen, tetapi juga turut ambil bagian dalam membangun dan mengelola layanannya secara terbuka.
Meski sudah digagas sejak lama, Web3 baru benar-benar mencuri perhatian publik luas di akhir tahun 2021 seiring dengan meningkatnya antusiasme komunitas kripto, arus pendanaan besar dari perusahaan teknologi, hingga lobi kuat dari firma venture capital seperti Andreessen Horowitz ke para pembuat regulasi di Washington DC. Momentum ini menandai transisi Web3 dari sekadar gagasan konseptual menjadi fokus utama di kalangan investor, penggiat teknologi, dan media.
Fitur dan Karakteristik Web3
Setelah mengetahui apa itu Web3, kamu perlu memahami beberapa prinsip utama yang membedakan Web3 dengan versi internet sebelumnya. Nah, berikut ini sejumlah fitur dan karakteristik Web3 yang membuatnya lebih adil dan transparan.
Desentralisasi
Salah satu karakteristik dari Web3 adalah kemampuannya untuk menyimpan data users secara terdesentralisasi, bukan lagi dikuasai oleh satu perusahaan besar. Berkat model seperti ini, data dan keputusan tidak disimpan di satu server pusat, melainkan tersebar di banyak komputer atau node dalam jaringan blockchain sehingga lebih transparan dan susah diretas. Dengan begitu, pengguna jadi punya kontrol nyata atas informasi dan aset digital.
Trustless
Sistem trustless dalam Web3 memungkinkan kamu bertransaksi atau berinteraksi secara langsung dengan orang lain tanpa harus mempercayai pihak ketiga, seperti bank atau penyedia layanan. Semua proses dikendalikan oleh kode dan algoritma kriptografi di blockchain sehingga setiap langkah transaksi bisa diverifikasi dan aman untuk dijalankan meskipun dilakukan tanpa ada campur tangan manusia.
Permissionless
Konsep permissionless dalam Web3 menjadikan jaringan terbuka untuk semua tanpa perlu izin atau otoritas pusat yang mengatur. Siapa pun bisa bergabung, melakukan transaksi, menjalankan smart contract, atau menjadi validator tanpa harus melewati proses verifikasi atau KYC.
Punya Native Payment
Karakteristik Web3 selanjutnya yang perlu diketahui adalah keberadaan sistem pembayaran native yang dimilikinya. Jaringan Web3 punya cryptocurrency atau token digital yang dapat digunakan untuk melakukan transaksi barang dan jasa. Token ini langsung digunakan untuk membayar transaksi, menjalankan smart contract, atau mengakses layanan dalam ekosistem Web3 tanpa perlu konversi ke uang fiat atau penggunaan layanan perantara seperti bank.
Sumber: New Scientist
Contoh Aplikasi dan Platform Web3
Ada beragam aplikasi dan platform Web3 yang sekarang sudah bisa kamu coba, mulai dari platform keuangan desentralisasi seperti Uniswap hingga dunia virtual berbasis blockchain seperti Decentraland. Berikut ini ada sejumlah contoh Web3 yang perlu kamu ketahui dan sudah cukup banyak digunakan.
Mata Uang Kripto dan DeFi
Salah satu contoh Web3 yang sudah sangat populer dan banyak digunakan adalah mata uang kripto dan DeFi (Decentralized Finance). Dalam ekosistem Web3, mata uang kripto seperti Ether (ETH) dan BNB menjadi uang native yang mendukung transaksi dan layanan digital tanpa harus melalui bank. Sementara itu, DeFi menambahkan lapisan finansial yang memungkinkan penggunanya untuk meminjam, memberi pinjaman, atau menukarkan aset lewat protokol seperti Uniswap.
NFT (Non-Fungible Tokens)
NFT atau non-fungible tokens merupakan bentuk kepemilikan digital yang unik. Setiap tokennya merepresentasikan satu objek tunggal dan tidak bisa ditukar dengan yang lain. Misalnya, CryptoKitties adalah game pertama yang mengenalkan NFT dalam bentuk kucing virtual unik. Kemudian ada juga CryptoPunks yang punya koleksi 10.000 karakter unik yang kini menjadi simbol ikonik dalam dunia seni digital dan sering kali dijual dengan harga fantastis.
Penyimpanan Terdesentralisasi
Contoh lainnya dari aplikasi dan platform Web3 adalah penyimpanan terdesentralisasi seperti IPFS dan Filecoin. IPFS (InterPlanetary File System) memungkinkan konten disimpan dan diakses oleh banyak perangkat secara peer-to-peer berdasarkan alamat konten sehingga konten tetap tersedia meski server pusat hilang. Sementara itu, Filecoin lebih mengandalkan sistem penyimpanan berbasis blockchain yang memungkinkan pengguna untuk menyewakan ruang penyimpanan yang tidak terpakai dan mendapat imbalan token FIL.
Aplikasi Media Sosial Terdesentralisasi
Platform media sosial Web3 memungkinkan kamu untuk berinteraksi secara bebas dan aman tanpa bergantung pada raksasa teknologi. Salah satunya adalah Mastodon yang beroperasi melalui jaringan server independen (federasi) sehingga memungkinkan penggunanya untuk memilih server sesuai preferensi mereka dan mengontrol kontennya sendiri. Ada juga Lens Protocol yang menyimpan profil dan interaksi kamu sebagai NFT di blockchain Polygon sehingga identitas digitalmu sepenuhnya milikmu sendiri.
Dompet Web3
Dompet Web3 merupakan dompet digital yang dirancang khusus agar dapat berinteraksi dengan aplikasi terdesentralisasi di jaringan blockchain. Melalui dompet ini, kamu bisa menyimpan, mengelola, dan mentransmisikan aset digital seperti mata uang kripto, NFT, dan token lainnya. Ada beberapa contoh dompet Web3 yang cukup populer di kalangan pengguna, seperti MetaMask, Trust Wallet, hingga SafePal.
Nah, itu dia ulasan penting terkait apa itu Web3 dan sejumlah contoh aplikasi dan platform Web3. Untuk meningkatkan pengalamanmu dalam browsing, jangan lupa untuk melengkapi kebutuhan perangkat gadget yang berkualitas seperti yang tersedia di Eraspace. Salah satunya adalah Oppo Reno12 F 5G yang punya layar OLED seluas 6,67 inch dengan resolusi 2400 x 1080 piksel serta kemampuan refresh rate 120 Hz sehingga pengalaman browsing jadi makin lancar dan mulus.
Beruntungnya lagi, kamu bisa membeli Oppo Reno12 F 5G dengan penawaran harga spesial melalui Eraspace. Ada banyak keuntungan belanja spesial yang bisa didapatkan jika membeli gadget di Eraspace, mulai dari promo harga besar-besaran, diskon pembayaran bank tertentu, poin belanja MyEraspace senilai ratusan ribu, hingga gratis ongkir ke seluruh Indonesia. Yuk, segera kunjungi situs resmi Eraspace atau download aplikasinya sekarang juga!
Baca juga: Mengenal Apa Fungsi Internet Archive dan Fitur Unggulannya