Sumber: Health Digest
Dalam menjalin hubungan, hal terpenting yang harus dilakukan adalah menciptakan lingkungan yang mendukung dan sehat. Namun, tidak semua pasangan menjalaninya dengan harmonis. Ada kalanya kamu mungkin terjebak dalam situasi yang tidak sehat. Kondisi ini bukan hanya merusak kesehatan mental, tetapi juga bisa berdampak buruk pada kesehatan fisik dan emosional.
Kamu mungkin merasa lelah secara batin, kehilangan kepercayaan diri, dan sering kali merasa tidak aman. Mengenali tanda toxic relationship adalah langkah pertama yang krusial untuk melindungi diri sendiri dan memastikan bahwa kamu berada dalam lingkungan yang mendukung. Ingin tahu lebih lanjut mengenai indikator hubungan yang tidak sehat? Yuk, simak penjelasannya secara lengkap di artikel berikut ini.
Tidak Memiliki Sifat Suportif
Di hubungan asmara yang sehat, kedua belah pihak mempunyai keinginan yang kuat untuk saling mendukung dan melihat pasangannya sukses di berbagai aspek kehidupan. Tetapi, jika setiap keberhasilan dianggap sebagai ancaman yang harus dilawan, hubungan tersebut menjadi tidak sehat.
Alih-alih memberi dukungan, partner akan dipenuhi oleh aura negatif dan rasa iri. Tidak adanya sifat suportif satu sama lain akan menghadirkan suasana yang penuh dengan persaingan dan ketidakpuasan. Tanda toxic relationship seperti ini tentu merusak kesejahteraan emosional masing-masing individu, serta menghalangi pertumbuhan pribadi dan profesional.
Untuk membangun hubungan yang harmonis, kamu harus merayakan pencapaian pasangan tanpa rasa cemburu. Hanya melalui cara ini, kamu dan partner dapat tumbuh bersama dan mendatangkan lingkungan yang positif.
Sumber: David Howe - Medium
Selalu Dikontrol Pasangan
Tanda toxic relationship kedua yang mencolok adalah ketika salah satu pihak selalu berusaha mengontrol pihak lainnya. Apa saja yang kamu lakukan harus memperoleh persetujuan atau didasarkan pada perintahnya, bahkan jika keinginanmu tidak sejalan dengan yang dia mau.
Sosok seperti itu akan cenderung membuatmu terpaksa mengikutinya lewat berbagai cara manipulatif. Pasangan di hubungan toxic bisa menggunakan kata-kata yang memaksamu untuk menurutinya. Mereka sering kali menyiratkan bahwa bila kamu tidak melakukannya, maka kamu tidak benar-benar menyayangi dia.
Hal itu adalah bentuk manipulasi emosional yang merusak, memanfaatkan rasa sayang untuk melakukan tindakan tersebut. Perilaku semacam ini memunculkan ketidaksetaraan, di mana satu pihak mempunyai kekuasaan lebih besar untuk mengendalikan partnernya.
Sulit Menjadi Diri Sendiri
Indikasi hubungan yang tidak sehat berikutnya yaitu tidak menjadi diri sendiri. Karena kerap dikendalikan oleh pasangan, biasanya kamu malah tidak bertindak sesuai dengan keinginanmu. Sebagian besar tindakan dan sikap yang kamu ambil didasarkan pada permintaan orang tersebut.
Bahkan, untuk sekadar mengemukakan pendapat, kamu harus berpikir berulang kali karena takut apa yang kamu katakan dianggap salah olehnya. Keadaan itu membuatmu tertekan dan kehilangan kebebasan untuk mengekspresikan diri. Kamu mungkin merasa terjebak dalam situasi di mana opinimu tak dihargai. Jika dibiasakan, kamu menjadi tidak berani mengambil inisiatif atau menunjukkan kepribadianmu yang sebenarnya.
Cemburu Berlebih dan Terkekang
Rasa cemburu dalam hubungan asmara sebenarnya adalah reaksi yang wajar dan merupakan tanda kepedulian. Namun, akan berubah menjadi hubungan toxic ketika rasa curiga tersebut terlalu berlebihan dan terus menerus timbul tanpa alasan yang jelas. Saat peristiwa itu terjadi, dampaknya dapat menjalar terhadap interaksimu dengan teman atau kerabat dekat lainnya.
Bila partnermu cemburu tanpa alasan yang masuk akal, hal ini mengarah pada perilaku posesif. Pasangan mungkin memantau setiap gerakanmu, menginterogasi dengan siapa kamu bicara, atau melarang untuk bertemu dengan teman maupun keluarga. Selain menciptakan ketegangan, tanda toxic relationship tersebut mengisolasi kamu dari lingkungan sosial yang sehat dan mendukung.
Baca juga: 5 Ide Konten Bareng Pacar dengan Kamera Terkecil di Dunia
Menerima Kekerasan Fisik
Selain melalui kata-kata, sebuah hubungan dianggap tidak sehat saat kekerasan fisik terjadi di dalamnya. Partner yang mengalami gangguan emosional sering kali menggunakan tekanan fisik sebagai bentuk penyelesaian perselisihan. Tindakan tersebut tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik pasangan, tetapi juga merusak kesehatan mentalnya.
Tak peduli seberapa besar atau kecilnya konflik yang terjadi, kekerasan fisik tidak bisa dibenarkan. Kebiasaan tersebut menciptakan lingkungan yang tidak aman dan penuh dengan ketakutan. Pasangan yang menjadi korban kerap merasa terjebak dan tidak memiliki kontrol atas situasi.
Mereka mungkin takut untuk berbicara dan mengungkapkan perasaan karena khawatir akan reaksi yang lebih buruk lagi. Jika dibiarkan, korban dapat mengalami efek trauma berkepanjangan yang sulit untuk pulih.
Menjadi Tidak Jujur
Jika kamu sering merasa perlu berbohong tentang keberadaanmu dan dengan siapa kamu bertemu untuk menghindari pasangan, itu bisa menjadi tanda bahwa kamu berada dalam hubungan yang tidak sehat. Dalam healthy relationship, seharusnya tidak ada ketakutan berlebihan mengenai respons partner terhadap aktivitas pertemananmu.
Kebohongan seperti ini biasanya muncul karena kamu merasa tidak nyaman untuk jujur, takut akan kemarahan, cemburu, atau hukuman dari pasangan. Situasi tersebut menimbulkan lingkungan yang penuh ketegangan dan trust issue. Kamu harus terus waspada dan menutupi aspek tertentu dari hidup.
Jika kamu berbohong atau menyembunyikan informasi untuk menjaga kedamaian hubungan, penting untuk mengevaluasi dinamika hubungan dan mempertimbangkan mencari bantuan guna memulihkan kesejahteraan emosional yang sehat dan terbuka.
Sumber: Medium
Lupa tentang Momen Penting yang Dilalui Bersama
Melupakan berbagai peristiwa penting seperti hari jadi pernikahan, ulang tahun pasangan, atau waktu yang telah disepakati bersama untuk liburan merupakan indikasi kurangnya penghargaan terhadap partner. Dalam hubungan yang sehat, menghargai pasangan berarti memberi perhatian khusus pada tanggal dan peristiwa krusial yang mempunyai makna emosional bagi keduanya.
Tentu saja, kesibukan sehari-hari mampu membuat kita lupa akan hal-hal tertentu. Sesekali melupakan kejadian penting adalah sesuatu yang dapat dimaklumi. Namun, jika seseorang selalu melupakan momen-momen meskipun sudah sering diingatkan, hal ini bisa menjadi tanda bahwa mereka tidak cukup menghargai pasangan. Sikap tersebut dapat menciptakan jarak emosional dan merusak ikatan yang seharusnya kuat dan penuh kasih.
Jika kamu merasa sulit mengingat, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk memperbaiki situasi. Pertama, cobalah untuk mengakui kesalahan dan menunjukkan usaha dalam memperbaikinya. Tindakan ini menunjukkan bahwa kamu benar-benar peduli. Selain itu, berkomunikasilah secara terbuka terkait perasaan dan kebutuhan partner.
Terakhir, cobalah untuk lebih terorganisir dengan mencatat tanggal-tanggal penting di kalender atau menggunakan pengingat di ponsel. Dengan demikian, kamu dan orang tersayang tidak akan melewatkan sedetik pun peristiwa berharga. Supaya agenda lebih rapi dan terstruktur, kamu dapat mengunduh aplikasi pengingat jadwal di smartphone.
Agar aplikasi bisa bekerja secara lebih optimal, kamu juga perlu melengkapi diri dengan perangkat yang memiliki performa canggih dan mumpuni. Kabar baiknya, kamu dapat memperoleh beragam pilihan HP secara mudah dan aman melalui Eraspace. Di sini, kamu bisa memilih smartphone impian yang sesuai dengan budget dan kebutuhan.
Caranya pun cukup mudah, kamu hanya perlu mengunjungi website resmi Eraspace atau download aplikasinya. Jadi, tunggu apalagi? Yuk, segera temukan gadget pilihanmu dengan mengunjungi Eraspace sekarang juga!
Baca juga: 5 Ide Virtual Date Seru dan Menarik, Kaum LDR Wajib Coba!