Sumber: Kolpaper
Pada tahun 2016, Indonesia memperkenalkan IGRS atau Indonesia Game Rating System yang memberikan panduan untuk kategorisasi konten game sesuai kelompok umur tertentu. Mulai dari 3+, 7+, 13+, 18+, hingga AA untuk semua usia. Namun, implementasi aturan tersebut seringkali tertunda karena banyak faktor tidak memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 2 tentang Klasifikasi Game.
Kominfo saat ini dalam tahap akhir melakukan penyelesaian rancangan peraturan berfungsi untuk mengurangi potensi bahaya game kekerasan anak. Selain itu, para ahli psikolog juga mengklaim bahwa game kekerasan, khususnya yang dimainkan secara daring, dapat membawa risiko dan menyoroti potensi dampak negatif seperti peningkatan agresi bagi kesehatan mental anak-anak seperti peningkatan terhadap kekerasan, masalah kecanduan dan gangguan tidur.
Oleh karena itu, pemerintah saat ini dalam proses merancang peraturan yang lebih ketat serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko yang terkait dengan penggunaan game, terutama yang berpotensi membahayakan anak-anak. Lantas, apa korelasi antara bahaya game kekerasan anak terhadap kesehatan mental? Yuk, simak penjelasan berikut ini.
Pengaruh Game Kekerasan terhadap Kesehatan Mental Anak
Pengaruh game kekerasan terhadap kesehatan mental anak menjadi perhatian serius, terutama di era akses terhadap konten digital yang sangat mudah, termasuk game online. Melalui penerapan kebijakan yang ketat, akses game kepada semua kalangan dapat dibatasi dengan tegas. Sebab, jika tidak ada batasan, maka bahaya game untuk anak akan terus tersebar secara luas dan memicu kesehatan psikologis.
Game kekerasan di Indonesia sendiri juga menjadi sorotan dan isu penting dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh peningkatan popularitas game tersebut di kalangan anak-anak dan remaja. Tidak jarang bahwa permainan yang mengandung kekerasan seringkali menampilkan adegan brutal dan agresif yang bisa mempengaruhi persepsi dan perilaku pemain, terutama yang berusia muda.
Oleh karena itu, perlu untuk menekankan pengawasan konten atau game online yang berpotensi memicu kekerasan seperti kemungkinan pemblokiran game salah satunya seperti Free Fire. Tindakan pemerintah untuk mengawasi dan memblokir konten tersebut merupakan langkah preventif untuk melindungi anak-anak dari bahaya yang mungkin timbul dari paparan konten yang tidak sesuai usia.
Sumber: Tappy Toes Nursery
Pengawasan Game, Strategi Pemerintah untuk Mencegah Pengaruh Kekerasan pada Anak
Bahaya game kekerasan pada anak juga tidak lain dipengaruhi oleh penyalahgunaan teknologi dan komunikasi. Dengan demikian, pemerintah dan pendidikan memiliki peran krusial dalam membangun kesadaran anak-anak mengenai penggunaan teknologi dan game yang sehat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengedukasi anak mengenai penggunaan platform game secara bertanggung jawab dan mengajarkan cara mengidentifikasi konten game online yang tidak sesuai nilai-nilai positif.
Mengenai hal tersebut, pemerintah telah mengambil langkah konkret dengan merumuskan tiga strategi utama untuk mencegah bahaya game kekerasan pada anak. Yang pertama adalah pencegahan penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi yang ditekankan sebagai fokus utama. Upaya ini mencakup pengaturan dan pengawasan konten yang dapat diakses oleh anak-anak agar lebih terkendali dan sesuai dengan nilai-nilai yang positif.
Selanjutnya, pemerintah juga mengupayakan kolaborasi dengan pemangku kepentingan seperti lembaga perlindungan anak dan industri game. Melalui kerjasama ini, mereka berusaha memperkuat perlindungan anak dari konten yang merugikan dan menciptakan lingkungan online yang lebih aman.
Selain itu, penanganan penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi juga menjadi fokus, dengan penerapan peraturan yang lebih ketat dan penegakan hukum yang tegas untuk melindungi anak-anak. Langkah yang diambil pemerintah ini tentunya juga membawa efek positif dalam menekan penyebaran game kekerasan di Indonesia secara transparan.
Hal ini sekaligus menjadi respon terhadap kekhawatiran akan dampak negatif aktivitas kriminal digital melalui game digital. Oleh karena itu, dengan langkah konkrit yang diterapkan dan disusun oleh pemerintah, diharapkan dapat mengurangi bahaya game kekerasan pada anak.
Baca juga: Hasil Studi Ungkap Gen Z Jadi yang Terbanyak Gunakan Internet
KPAI Peringatkan Bahaya Game Kekerasan Terhadap Kesehatan Anak
KPAI, memberi peringatan dan sikap tegas bahwa ada peraturan mengenai klasifikasi game yang harus dipatuhi oleh para penyedia layanan game online. Jika pengembang game melanggar peraturan tersebut, pemerintah memiliki wewenang untuk memblokir akses game kekerasan di Indonesia yang menyimpang dari aturan yang ada.
Pasalnya, ini berkaitan peraturan Nomor 2 dari Kementerian Komunikasi dan Informatika mengenai pengelompokan game. Dengan timbulnya bahaya game kekerasan anak seperti Free Fire dan PUBG, hal tersebut dapat menimbulkan penyimpangan perilaku sehingga anggota pengawasan KPAI secara tegas akan memberikan sanksi yang lebih ketat terkait distribusi game online.
Sebab, permainan ini harus memiliki penilaian yang tinggi terhadap peraturan yang telah ditetapkan. Dengan begitu, pendekatan ini menunjukkan komitmen pemerintah Indonesia dalam melindungi anak-anak dari eksposur konten gaming yang buruk. Tindakan yang diambil oleh KPAI juga mencerminkan kekhawatiran yang semakin meningkat terhadap pengaruh negatif dari game online.
Dengan mengkaji dan mengawasi kepatuhan permainan daring terhadap aturan yang ada, ini menjadi upaya untuk memastikan bahwa aktivitas game kekerasan di Indonesia yang berpotensi merugikan anak-anak tidak dengan bebas dapat diakses secara luas. Tentu, langkah ini juga mencerminkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan digital yang aman dan sehat bagi generasi mendatang.
Dengan demikian, Indonesia menegaskan komitmennya dalam menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dengan perlindungan anak-anak. Oleh karena itu, tindakan ini bisa dianggap sebagai pendekatan yang lebih efektif dan tegas terhadap game online yang mengandung kekerasan.
Sumber: Home care24
Nah, jadi itu dia hubungan antara bahaya game kekerasan anak terhadap kesehatan mental. Dalam hal ini, respon dari pemerintah tentunya memiliki peran penting untuk mengatasi dampak negatif game yang mengandung unsur kekerasan terhadap kesehatan psikologis anak. Namun selain itu, orang tua juga harus turut serta dalam mencegah kekerasan yang mungkin terjadi akibat game online yang dimainkan oleh anak-anak mereka.
Salah satu langkah yang dapat diambil oleh orang tua adalah memilih gadget yang tepat dan aman untuk sang anak. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa perangkat yang dibeli telah dilengkapi dengan kontrol parental yang memadai sehingga orang tua dapat mengawasi dan membatasi konten yang dapat diakses oleh anak. Selain itu, memahami aplikasi dan fitur yang ada dalam gadget juga membantu dalam mengelola penggunaan yang tepat.
Penting untuk tidak hanya menganggap gadget sebagai alat hiburan semata, tetapi juga sebagai sarana kesehatan, terutama dalam masalah mental. Orang tua dapat memilih perangkat yang mendukung fitur kesehatan mental sang anak. Dengan memilih gadget dengan bijak, orang tua dapat memastikan bahwa anak mendapatkan manfaat positif dari teknologi dengan tetap menjaga perkembangan mereka secara menyeluruh.
Untuk mendapatkan produk gadget anak yang tepat, pastikan kamu membelinya dari toko terpercaya dan bergaransi seperti Eraspace. Dengan berbagai macam pilihan, Eraspace memiliki banyak penawaran dengan harga yang menarik. Kamu juga bisa melihat spesifikasi lengkap mengenai gadget pilihanmu sebelum membelinya.
Selain itu, banyak juga diskon yang ditawarkan, apabila kamu ikut bergabung menjadi member MyEraspace. Tunggu apalagi? Kunjungi website atau download aplikasi MyEraspace sekarang juga dan jadikan kegiatan bermain game mu lebih aman dan nyaman.
Baca juga: 5 Rekomendasi Game Online Bersama Keluarga, Intip Keseruannya!